Transmisi Listrik: Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya
MCB Listrik - Transmisi listrik
adalah proses penghantaran tenaga listrik secara besar-besaran dari pembangkit
listrik menuju ke gardu listrik. Transmisi listrik merupakan bagian penting
dari sistem kelistrikan, karena tanpa transmisi listrik, listrik yang
dibangkitkan tidak dapat sampai ke konsumen akhir. Transmisi listrik juga
berperan dalam menghubungkan berbagai pembangkit listrik yang tersebar di
berbagai wilayah, sehingga dapat meningkatkan keandalan dan efisiensi sistem
kelistrikan.
Fungsi Transmisi Listrik
Fungsi utama dari transmisi listrik adalah untuk
mengalirkan listrik dari pembangkit ke gardu listrik utama (main substation)
yang berada di dekat area konsumen. Gardu listrik utama ini kemudian akan mendistribusikan
listrik ke gardu listrik penyalur (distribution substation) yang lebih kecil,
yang selanjutnya akan menyalurkan listrik ke rumah-rumah, pabrik, perkantoran,
dan lain-lain.
Selain itu, transmisi listrik juga memiliki fungsi lain,
yaitu:
·
Mengurangi rugi-rugi listrik yang terjadi
saat penghantaran listrik dalam jarak yang jauh. Transmisi listrik menggunakan
tegangan listrik yang tinggi, sehingga dapat mengurangi arus listrik yang
mengalir dalam konduktor. Arus listrik yang rendah akan mengurangi disipasi
panas yang terjadi akibat hambatan konduktor, sehingga listrik yang sampai ke
gardu listrik utama tidak banyak berkurang.
·
Menghubungkan berbagai pembangkit listrik
yang berbeda jenis, kapasitas, dan lokasi. Transmisi listrik memungkinkan
adanya pertukaran listrik antara pembangkit listrik yang berbeda, sehingga
dapat meningkatkan keandalan dan efisiensi sistem kelistrikan. Misalnya, jika
ada pembangkit listrik yang mengalami gangguan atau pemeliharaan, maka listrik
yang dibutuhkan konsumen dapat dipenuhi oleh pembangkit listrik lain yang masih
beroperasi. Transmisi listrik juga dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya
energi yang tersedia, seperti energi terbarukan yang bersifat intermittent
(tidak kontinyu).
Jenis Transmisi Listrik
Transmisi listrik dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu:
1. Transmisi listrik arus
bolak-balik (AC)
Transmisi listrik AC adalah transmisi listrik yang
menggunakan arus listrik yang berubah-ubah arahnya secara periodik. Transmisi
listrik AC adalah jenis transmisi listrik yang paling umum digunakan, karena
memiliki beberapa keuntungan, seperti:
1. Mudah untuk mengubah
tegangan listrik dengan menggunakan transformator.
Transformator adalah peralatan yang dapat menaikkan atau
menurunkan tegangan listrik tanpa mengubah frekuensi listrik. Transformator
sangat berguna untuk transmisi listrik, karena dapat menyesuaikan tegangan
listrik sesuai dengan kebutuhan pada setiap tahap penghantaran listrik.
2.
Mudah untuk menghubungkan berbagai pembangkit listrik yang berbeda frekuensi
listriknya.
Frekuensi listrik adalah jumlah siklus perubahan arah
arus listrik dalam satu detik. Frekuensi listrik yang berbeda dapat menyebabkan
gangguan pada sistem kelistrikan, seperti ketidakseimbangan daya, harmonik, dan
resonansi. Untuk mengatasi hal ini, dapat digunakan peralatan yang disebut
sebagai sinkronisator, yang dapat menyamakan frekuensi listrik antara dua
sumber listrik yang berbeda.
3. Mudah untuk mengendalikan
daya reaktif dalam sistem kelistrikan.
Daya reaktif adalah daya listrik yang tidak dapat
digunakan untuk melakukan kerja, tetapi tetap dibutuhkan untuk menjaga tegangan
listrik agar tetap stabil. Daya reaktif dapat dihasilkan atau dikonsumsi oleh
peralatan yang memiliki sifat induktif atau kapasitif, seperti motor, transformator,
kapasitor, dan induktor.
Daya reaktif yang berlebihan atau kurang dapat
menyebabkan penurunan atau kenaikan tegangan listrik, yang dapat merusak
peralatan listrik. Untuk mengendalikan daya reaktif, dapat digunakan peralatan
yang disebut sebagai kompensator, yang dapat menambah atau mengurangi daya
reaktif sesuai dengan kebutuhan.
2. Transmisi listrik arus
searah (DC)
Transmisi listrik DC adalah transmisi listrik yang
menggunakan arus listrik yang tetap arahnya. Transmisi listrik DC jarang digunakan,
karena memiliki beberapa kelemahan, seperti:
1. Sulit untuk mengubah
tegangan listrik dengan menggunakan transformator.
Transformator hanya dapat bekerja pada arus listrik yang
berubah-ubah arahnya, sehingga tidak dapat digunakan untuk transmisi listrik
DC. Untuk mengubah tegangan listrik DC, harus digunakan peralatan yang disebut
sebagai konverter, yang dapat mengubah arus listrik DC menjadi AC, atau
sebaliknya. Konverter ini lebih rumit dan mahal daripada transformator.
2. Sulit untuk menghubungkan
berbagai pembangkit listrik yang berbeda tegangan listriknya.
Tegangan listrik adalah beda potensial antara dua titik
dalam suatu rangkaian listrik. Tegangan listrik yang berbeda dapat menyebabkan
arus listrik yang tidak diinginkan mengalir antara dua sumber listrik yang
berbeda, yang dapat merusak peralatan listrik. Untuk mengatasi hal ini, harus
digunakan peralatan yang disebut sebagai interkoneksi, yang dapat mengisolasi
dua sumber listrik yang berbeda, sehingga tidak terjadi arus listrik yang tidak
diinginkan.
3. Sulit untuk mengendalikan
daya reaktif dalam sistem kelistrikan.
Daya reaktif tidak ada pada transmisi listrik DC, karena
arus listrik DC tidak berubah-ubah arahnya. Namun, daya reaktif tetap
dibutuhkan pada sistem kelistrikan AC yang terhubung dengan transmisi listrik
DC, untuk menjaga tegangan listrik agar tetap stabil. Untuk mengendalikan daya
reaktif, harus digunakan peralatan yang disebut sebagai filter, yang dapat
menyaring komponen frekuensi yang tidak diinginkan dari arus listrik AC.
Meskipun demikian, transmisi listrik DC juga memiliki
beberapa keuntungan, seperti:
1. Mengurangi rugi-rugi
listrik yang lebih rendah daripada transmisi listrik AC.
Transmisi listrik DC tidak menghasilkan medan magnet yang
berubah-ubah, sehingga tidak terjadi rugi-rugi akibat induksi elektromagnetik.
Transmisi listrik DC juga tidak terpengaruh oleh efek kulit (skin effect), yang
menyebabkan arus listrik hanya mengalir di permukaan konduktor, sehingga
meningkatkan hambatan konduktor.
Transmisi listrik DC juga tidak terpengaruh oleh efek
korona (corona effect), yang menyebabkan ionisasi udara di sekitar konduktor,
sehingga menghasilkan suara, cahaya, dan ozon, yang dapat merusak konduktor dan
mengurangi efisiensi transmisi listrik.
2. Menghemat biaya pembangunan
dan perawatan transmisi listrik.
Transmisi listrik DC hanya membutuhkan dua konduktor,
sedangkan transmisi listrik AC membutuhkan tiga konduktor untuk arus
bolak-balik tiga fasa. Transmisi listrik DC juga tidak membutuhkan peralatan
tambahan seperti transformator, sinkronisator, kompensator, dan filter, yang
membutuhkan biaya pembangunan dan perawatan yang tinggi. Transmisi listrik DC
juga lebih mudah untuk dikontrol dan dioperasikan, karena tidak ter
3. Mengatasi masalah jarak
dan geografi dalam transmisi listrik.
Transmisi listrik DC dapat menghantarkan listrik dalam
jarak yang lebih jauh daripada transmisi listrik AC, karena tidak terpengaruh
oleh kapasitansi dan induktansi konduktor, yang dapat menyebabkan penurunan
tegangan listrik.
Transmisi listrik DC juga dapat mengatasi masalah
geografi yang sulit, seperti pegunungan, laut, atau perbatasan negara, dengan
menggunakan kabel bawah tanah atau bawah laut, yang lebih mudah dan murah
daripada menara transmisi listrik.
Transmisi listrik DC biasanya digunakan untuk beberapa
kasus khusus, seperti:
·
Menghubungkan sistem kelistrikan yang tidak
sinkron, misalnya antara pulau Jawa dan Bali, atau antara Eropa dan Afrika.
·
Menghantarkan listrik dari pembangkit listrik
yang berada di lokasi yang jauh atau terisolasi, misalnya dari pembangkit
listrik tenaga air, tenaga angin, atau tenaga surya.
·
Menghantarkan listrik dalam kapasitas yang
sangat besar, misalnya dari pembangkit listrik tenaga nuklir, atau dari proyek
interkoneksi listrik antar benua.
Demikian artikel yang saya buat tentang transmisi
listrik. Semoga artikel ini bermanfaat dan informatif bagi Kamu.
Post a Comment for "Transmisi Listrik: Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya"
Post a Comment